Keteladanan Rasulullah Muhammad SAW sebagai ayah begitu
menginspirasi. Perilaku Nabi itu sangat kontras dengan tradisi bangsa
Arab yang kaku dan keras. Nabi Muhammad menghadirkan suasana rumah
dibalut kehangatan, pendidikan, kelembutan, dan cinta kasih. Sementara,
orang Arab lebih mengedepankan karisma. Pada masa itu, dalam masyarakat
Arab tidak biasa seorang lelaki menunjukkan kasih sayang secara terbuka
kepada anak.
Ketika melihat Nabi mencium putra-putrinya, mereka sempat heran.
Aqra' bin Habis, pemuka Bani Tamim mengaku, "Demi Allah, aku mempunyai
10 orang anak, tetapi tak satu pun kuciumi di antara mereka." Nabi pun
memandangnya dan berkata, "Barang siapa yang tidak mengasihi, ia tidak
akan dikasihi." Tetapi, tidak berarti Rasulullah bersikap lunak
menyangkut urusan agama. Usia dini bukan hambatan untuk mengenalkan
agama pada anak.
Suatu hari, ketika Nabi sedang membagi-bagikan kurma sedekah,
tiba-tiba Hasan mendekat lalu memungut sebutir kurma dan menyuapnya.
Dengan cepat, Nabi menahan Hasan dan mengambil kurma dari kedua
rahangnya. "Apa kamu tidak tahu kita ini ahlul bait yang tidak halal
makan sedekah?" kata Nabi kepada bocah itu.
Ketegasan dan sikap adil itu juga muncul ketika memperlakukan putri
tercintanya. "Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad melakukan
pencurian, niscaya kupotong tangannya," ucap Nabi.
Pertautan Gadis kecil itu menangis terisak sambil membersihkan
kotoran unta di bawah punggung ayahnya. Dikisahkan oleh Abdullah bin
Masud, ketika itu Nabi tengah shalat di dekat Ka'bah. Abu Jahal dan
rekan-rekannya duduk di sana.
Salah satu dari mereka berkata, "Siapa di antara kalian yang mau
mengambil kotoran hewan sembelihan milik Bani Fulan untuk diletakkan di
punggung Muhammad SAW saat sujud?" Uqbah bin Abu Mu'ith, orang paling
celaka di antara mereka, bangkit untuk melakukan usulan tersebut. Ia
kembali membawa kotoran hewan dan menunggu. Ketika Rasulullah sujud, dia
letakkan kotoran itu di pundak beliau. Kaum Quraisy tertawa
terbahak-bahak melihatnya.
Adalah Fatimah az- Zahra, putri kecil Muhammad, yang menangis
mengetahui peristiwa itu. Ia hampiri sang ayah dan membuang kotoran dari
punggung beliau. Setelah itu, barulah Rasulullah bangun dari sujud.
Kedewasaan dan rasa sayang Fatimah pada Rasulullah membuatnya dijuluki
`Ummu Abiha'.
Setelah kepergian Khadijah, Fatimah juga yang membantu melakukan
pekerjaan di rumah Rasulullah, mengurus sang ayah, dan mencurahkan
segenap kasih sayang pada beliau. Peristiwa itu sekaligus menunjukkan
eratnya pertautan antara seorang anak dan ayah. Ayah yang bersikap
dingin mungkin akan mendapatkan rasa segan, tapi belum tentu rasa segan
itu terlahir dari kasih sayang anak-anaknya. Sikap anak pada orang tua
tak lain cerminan dari sikap kita kepada orang tua kita selama ini.
No comments:
Post a Comment